Kisah Kyai Pamungkas: PERJANJIAN DENGAN BUNDA RATU
Sejak putus kuliah karena terbentur biaya, aku belajar ilmu mistik dengan Bunda Ratu. Siapa Bunda Ratu itu? Beliau adalah Nyai Ratu Kidul. Nyai Supramustika penguasa laut selatan. Anehnya, aku harus buat MOU, memorandum of understanding gaib di depan ratu, dengan menandatangani surat sakti lewat cucuran darah. Yaitu, Ratu berjanji, sesungguhnya semua kebutuhan hidup aku, tetapi, aku dilarang kaya raya dan hidup mewah. Aku akan dicukupi. Arkian, seperti gelandangan, miskin, bahkan seperti menjalani hidup blangsak di keramaian kota.
“Untuk apa kamu belajar mistik?” tanya pacarku, Bang Rendra Raharja, 39 tahun, suatu ketika.
“Aku akan menjelajahi dunia supranatural. Bukan mau jadi dukun, tapi mau mencari jati diriku sendiri. Siapa sebenarnya aku ini. Sosok daging, tulang dan roh dari setetes air hina, besar di tenga dosa dan hidup di dalam dosa. Aku akan menggeluti diriku sedniri dan menemukan, siapa aku ini sebenarnya,” kataku,.nyantai. Mengalir begitu saja seperti air di sungai yang deras.
“Aku tidak setuju kamu menjelajahi dunia begini, dunia supranatural. Kamu tahu, aku sangat anti dengan dunia mistik. Dunia yang cenderung syirik, musyrik. Buat apa? Jika kamu ngotot mau terjun ke dunia supramistik ini, aku akan pergi jauh, kita putus hubungan saja. Dan batalkan rencana pernikahan kita itu,” desis Bang Rendra Raharja, mengancam.
Karena tekadku sudah bulat mau menjelajahi dunia mistik, maka aku tantang balik calon suamiku ini.
“Baik, jika begitu maumu, mari kita putus hubungan saja. Dan, bataikan semua rencana pernikahan kita. Kita umumkan kepada keluarga yang telah menjadi saksi pertunangan kita bulan lalu, katakan, kita telah putus dan rencana lamaran batal total,” tantangku, serius.
Bang Rendra Raharja tersentak. Dia kaget mendengar jawabanku ini. Mungkin dia tidak menyangka aku sanggup putus dengannya demi cita-citaku menjadi paranormal. Dengan berpaling badan dan muka pucat dan bibir gemetar, dia bertanya padaku.
“Kamu serius mau putus denganku dan membatalkan pernikahan kita?” tanyanya, melemah.
“Iyalah, saya serius. Kenapa? Kamu pikir saya tidak berani putus denganmu dan membatalkan pernikahan kita?” imbuhku, mendongakkan mukaku ke mukanya.
“Yayang, jangan begitu dong? Abang tadi hanya bercanda, iseng, eh enggak tahunya Yayang serius begitu? Jangan Yang, jangan putuslah. Kita teruskan rencana pernikahan kita. Bulan depan kan lamaran terus kita melakukan ijab kobul dan pesta resepsi perkawinan kita, ya kan?” sorongnya, bukan hanya melemah intonasinya, tapi juga merendah kepadaku.
“Nah, begitu dong! Dukung calon istrinya mau belajar suatu ilmu. Walaupun, ilmu kedigjayaan dan ilmu supramistika yang selama ini tidak Abang sukai. Bahkan Abang menyebutnya sebagai ilmu syirik, Ilmu musyrik. Syirik dan musyrik itu, yang aku tahu, apabila kita menduakan Allah Azza Wajalla. Ilmu supranatural juga ilmu Allah dan tidak ada yang diTuhankan selain Allah.
Bila ada sosok Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyai Ratu Kidul, itu juga makhluk ciptaan Allah dan diturunkan sebagai bangsa jin akbar yang menjaga laut selatan Jawa ini,” kataku berdalih.
“Baliklah Yayang, Abang siap mengantarkanmu ke amnapun mau belajar ilmu itu. Abang siapkan mobil Abang dan kita menjelajahi dunia mistik, dunia kedigjayaan yang yayang cari. Tapi, ingat, bulan depan harus turun ke darat, pulang ke rumah karena keluarga dari Medan mau datang melamar ke rumahmu. Abang mau meminta secara resmi kepada orangtuamu untuk bersuami istri, oke?” imbuhnya, sambil membelas rambutku yang terurai panjang sebahu.
“Abang bilang turun ke darat, memangnya aku beratar di udara, apa? Aku cuma belajar ke laut selatan Bang, bertapa di Pulau Tinjil dan Pulau Dili di Banten Selatan. Hanya tiga hari di sana. Sebuah pulau kosong tempat terminalnya gaib di Samudera Hindia. Bila batu King Safir dari kanjeng Ratu Kidul sudah aku dapatkan, maka aku akan pulang ke rumah. Dan batu itu adalah kunci ilmu yang tertumpah di dalamnya. Ada ratuan jin menjaga batu itu dan dialah sahabat sejati saya untuk dunia supramistik,” kataku.
Hari Kamis malam Jumat Kliwon, 7 Januari 2011 aku berangkat ke Banten Selatan. Bang Raharja mengantarkan aku dengan mobil Yoyota Kijangnya ke Muara Binuangeun, Malimping, Kabupaten Pandeglang, Banten Selatan. Ayah dan ibuku merestuiku dan Bang Raharja juga, terpaksa mendukungku walau hatinya menolak.
Maka itu, sepanjang jalanan, mulai dari Tangerang, Sernag hingga ke Malimping, dia banyak berdiam diri sambil menyetir. Mulutnya merengut dan nampak tidak nyaman. Namun, aku diam sambil membaca mantra sakti mandraguna untuk berhubungan dengan Nyai Ratu Kidul yang telah menungguku di Pulau Tinjil.
Mobil Kijang yang dikendari dengan kecepatan tinggi. Di jalan yang mulut, Bang Raharja memacu kecepatan 120 kilometer per-jam. Sangat cepat dan mengerikan. Tapi, aku pasrah kepada Allah Azza Wajalla. Andaikan terjadi tabrakan atau jatuh ke jurang, bagiku itu adalah takdir dan aku harus siap menghadapinya.
Sesampainya di laut Muara Binuangeun, jam sudah menunjukkan pukul 23.00 mendekati tengah malam. Mobil Toyota Kijang warna merah Bang Raharja langsung diparkir di halaman rumah Pak Murdianto, nelayan yang sudah sepakat untuk mengantarkan aku menyeberang ke Pulau Tinjil.
Pak Murdianto telah menyediakan perahu motornya untuk kami bertiga ke pulau tak berpenghuni itu. Setelah minum teh sejenak, kami segera melaut. Berlayar selama dua jam ke Pulau Tinjil.
Sesampainya di Pulau Tinjil, kami disambut oelh ratusan biawak besar di pantai Maringgai. Biawak raksasa yang nyaris sebesar komodo itu menyambut aku dan membawa aku ke pedalaman hutan kayu tembesu di sektor kulon maringgai. Biawak itu, sesuai bisikan dari kanjeng ratu, adalah bukanlah biawak biasa. Tapi biawak gaib penghuni kerajaan Kanjeng Ratu Kidul di Pulau Tinjil.
Setelah sampai di sektor kulon maringgai, pacarku, Bang Raharja dan Pak Muridanto tidak boleh ikut. Mereka disuruh keluar oleh seorang juru kunci kerajaan gaib yang berwujud manusia bernama Angger Ketanggiang. Angger memberikan petunjuk bahwa saya harus sendirian dan dua teman saya itu diminta kembali ke perahu. Karena memang begitu aturannya, maka kedua pria teman saya itu kembali ke perahu dan mereka tidur di sana sampai siang.
Pukul 04.30 WIB, aku diajak masuk oleh Angger Ketanggiang ke dalam istana Kanjeng ratu Kidul. Kami masuk melaluik sebuah goa karang dan terjun bebas ke kedalama goa. Tubuhku terasa melayang-layang di dalam gelap, dan jatuh di halaman istana. Di situ aku melihat istana super mewah dari emas, kiristal dan mustika batu safir. Semua berwarna kerlap keriip yang memancarkan sinar yang begitu indah nan anggun.
“Masuklah ke dalam,” desis Angger Ketanggiang, kepadaku.
Dengan langkah perlahan aku masuk ke dalam istana dan mendekati kursi kerajaan Kanjeng Ratu. Di atas singgasana mewah itu, aku melihat Kanjeng Ratu duduk memegang tombak emas bercabang empat. Rambutnya terurai panjang dengan mahkota king safir warna biru tua dan muda yang mengkilat. Frame yang mengitari batu mulia itu adalah mahkota berornamen emas dengan ukiran seni antaberantah.
“Duduklah di depanku dan minumlah air dalam kendi itu,” kata Kanjeng Ratu Kidul, menunjuk kendi emas berisi air di bawah levei karpet hijau singgasana kebesaran Nyai Ratu.
Sesuai perintah Bunda Ratu Kidul, aku meminum air dari kendi itu. Aku memasukkan air putih tersebut ke dalam cangkir emas bertahtah berlian dan aku menghirupnya dengan nyaman. Setelah meminum air itu mataku jadi terang benderang dan aku melihat begitu banyak dayang-dayang cantik di dalam istana.
Semua perempuan ayu berbusana kemben dan syal berwarna hijau. Mereka menyambutku dengan senyum manis dan aku didekati Bunda Ratu dengan siraman kembang tujuh warna. Tujuh merupakan angka sakti di dunia gaib dan Bunda ratu menyiramkan air berair itu ke kepalaku yang polos.
“Bangunlah, amalkan mantra-mantra sakti mandraguna yang ada di dalam daun pisang emas ini. Bawalah pulang dan jangan berhenti mengamalkannya,” desis Bunda Ratu, sambil tersenyum manis.
Beberapa saat kemudian, tubuhku jadi ringan dan aku terbang.
“Terbanglah ke pantai dan pulanglah ke rumahmu dengan terbang,” kata Bunda Ratu.
Keajaiban itu begitu mudah datang kepadaku. Aku sendiri sangat heran betapa mudahnya aku bertemu guru spiritualku, Bunda Ratu. Sebelum terbang ke Jakarta, ke rumahku, aku menemui Bang Raharja dan Pak Murdianto di perahu.
Saat itu, hari sudah menjelang siang, pukul 11.30 WIB. Mereka tertidur lelap seperti kelelahan. Aku membangunkan Bang Raharja dan Pak Murdianto supaya mereka segera berlayar ke Muara Binuangeun.
“Aku masih di sini dan Bang Raharja pulang sendirian saja ke Jakarta. Maaf Pak Murdianto, tolong antarkan Bang Raharja ke mobilnya,” kataku.
AKU lalu memberikan uang ongkos perahu dan uang jasa bagi Pak Murdianto. Bang Raharja aku beri uang untuk sakunya, uang rupiah pecahan seratusan ribu rupiah dalam bal-balan tebal kepadanya. Dia kaget tapi aku melarangnya untuk berkata basabasi kepadaku.
Aku melihat mereka berlayar meninggalkan pantai Pulau Tinjil untuk kembali ke Muara Binuangeun. Setelah mereka jauh, aku mengepakkan tanganku dan aku terbang melesat ke angkasa menuju Jakarta.
Entah kecepatan berapa kilometer per-jam, dalam hitungan menit, aku sudah sampai di rumahku di Jakarta Barat.
Sementara Bang Raharja masih berada di Malimping, Pandeglang, banten. Sejak itu, alhamdulillah aku menjadi sakti mandraguna. Aku bisa menolong orang, pengobatan penyakit, kerejekian, guna-guna, pelet dan ragam hal mistik yang sangat bervariasi. Yang lebih penting, aku menjadi kebal tembak, kebal bacok, kebal api, kebal air raksa dan mampu terbang cepat melebihi pesawat terbang.
Bahkan, kini aku mempunyai banyak murid ilmu kebal, ilmu api dan ilmu ketajaman indera ke enam. Namun, Bunda Ratu memberikan aku fatwa, bahwa aku harus hidup sederhana, tidak boleh hidup mewah, tidak boleh berfoya-foya dan harus merendahkan diri kepada siapapun juga. Jika aku melanggar, ilmuku akan musnah, hilang kembali ke perairan Samudera Hindia.
Jadi, pesan Bunda Ratu, kebutuhan hidupku dicukupi. Setiap aku butuh uang, auang pasti ada, namun tidak boleh berlebihan. Jika aku butuh uang, aku memanjangkan tanganku ke kolong tempat tidur atau ke bawah dapur. Di sana, sudah ada uang dan aku dapat menikmatinya. Namun, satu hal yang penting, aku tidak boleh beriebihan, tidak boleh kaya dan tidak boleh bermewah-mewah.
Pada tahun 2015 ini, di luar dugaanku, aku menjadi tua. Paling tidak, ya terlihat lebih matang dari umurku. Dan, aku sudah putus cinta dengan Bang Raharja karena aku dilarang oleh Bunda Ratu untuk menerima Bang Raharja sebagai suami.
“Raharja itu berbeda aliran denganmu dan kalian tidak akan bahagia jika bersuami istri,” pesan Bunda Ratu.
Aku lalu berbicara baik-baik di tahun 2011 itu dengan Bang Raharja persoalan pesan gaib itu. Mulanya Bang Raharja marah dan berat sekali. Tapi, setelah Bunda Ratu sendiri maujud untuk menyakinkannya, barulah Bang Raharja percaya dan menerima
Akhir tahun 2011, kekasihku itu menikah di Amsterdam dan menjadi warga negara Belanda. Sementara aku, harus hidup sendiri dan tidak menikah dengan manusia. Aku boleh menikah dengan bangsa gaib dan Bunda Ratu yang akan mencarikanku suami.
“Kapan suami gaibku itu datang kepadaku dan seperti apa suami gaibku itu?’ tanyaku, pada Bunda Ratu.
“Suamimu sangat tampan dan perkasa. Dia adalah penakluk Pulau Chrismast dan penjaga pulau itu. Tapi pernikahanmu tidak sekarang, nanti pada tahun 2018,” ungkap Bunda Ratu, sambil tersenyum.
Sebagaimana yang aku ketahui belakangan, ternyata pulau Chrismast itu adalah Pulau Betzar di tengah Samudera Hindia. Pulau milik Amerika Serikat yang diberikan kepada Australia. Pulau itu sangat anggun. Banyak kepiting laut berwarna merah yang migrasi setiap tiga bulan sekali,
Kepiting merah unik itu dilindungi pemerintah dan tidak boleh dibunuh dan dianiaya oleh warga Pulau Chrismast. Semua itu, ternyata berdasarkan pesanan dari Bunda Ratu kepada pemerintah Amerika Serikat dan Australia secara gaib. Kepiting itu adalah piaraan Bunda Ratu dan Bunda Ratu sangat senang bermain dengan kepiting merah.
Arkian, di luar diriku yang dilarang kaya, ternyata aku bisa membuat orang menjadi kaya raya. Pasienku boleh kaya dan sukses serta hidup mewah, namun aku tidak diperbolehkan. Demikian perjanjian gaib yang aku buat. Dan aku tidak boleh melanggar perjanjian itu. Bila melanggar, semua ilmuku akan musnah dan aku akan celaka. Aku akan mati mengenaskan, seperti ditabrak mobil, tabrak kereta api dan tertimpa pohon besar. Untuk itu aku sangat patuh pada perjanjian dan tidak akan melanggarnya walaupun hanya sedikit.
Kini, setiap waktu, aku kedatangan Bunda Ratu. Melalui medium Bunda ratu, aku bisa menolong sesama. Membantu siapapun yang meminta bantuan. Namaku pun, sekarang diganti oleh Bunda ratu, tidak boleh menggunakan nama lamaku. Ayah dan ibuku sekarang, punya rumah mewah, kaya raya dan banyak memiliki harta berharga. Semua itu diberikan Bunda Ratu kepada mereka.
Namun, aku tidak boleh menikmati kekayaan yang diberikan kepada orangtuaku itu. Aku boleh berbahagia melihat orangtuaku kaya, tapi tidak boleh aku ikut menikmatinya. Perintah Bunda Ratu, aku harus selalu kelihatan seperti gelandangan, orang miskin dan papah. Aku diharuskan selalu mengembara ke Laut Selatan, terbang tengah malam ke Samudera Hindia dan menjadi pengembara di tempat keramaian.
Mulanya keadaan ini terasa berat. Namun lama kelamaan, lahamduliliah, aku dapat menikmatinya juga. Kini hidupku terasa enteng, santai dan nyaman. Setiap malam aku keluar kamar dan terbang mengangkasa. Berkeliling hingga ke tengah Samudera Hindia. Dan, aku juga bisa pergi ke Benua Amerika, Afrika dan Asia Selatan, Asia Utara, terbang seperti burung. Aku jadi bukan seperti manusia, namun seperti burung yang melayang dan terbang jauh tak tenti arah. Tapi, demikian perjanjian keramatku dengan Bunda ratu dan aku selalu siap menjadi perpanjangan tangan Bunda Ratu di permukaan bumi. Alhamdulillah ya Allah Azza Wajalla dan terima kasih Ratu. (Kisah Dewi Laut Selatan yang dituturkan kepada penulis). Wallahu a”lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: dukunku.com
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)