Kisah Kyai Pamungkas:
BATU MENANGIS WONOSOBO
Hampir jam 13.15 WIB ketika Kyai Pamungkas dan tim sampai di pusat kota Wonosobo. Tidak begitu sulit untuk mencari seorang supranatural setempat yang bernama ibu Dewi, karena rumahnya amat mudah untuk ditemukan.
Rumah ibu Dewi tergolong besar dengan arsitek semi modern dengan bagian kanan digunakan untuk balai penyembuhan, sementara di sisi kiri dipakai untuk berbagai keperluan rumahtangga. Termasuk dua mobil antik bertengger di sana. Hari itu, ibu Dewi memang tidak menerima tamu. Rumah pun dalam keadaan sepi. Yang ada hanyalah beberapa Ielaki yang membantu dalam melayani segala keperluannya. Dua buah kamar menghadap ke ruang tamu. Kamar sebelah kanan di gunakan untuk menaruh barang-barang keperluan supranatural.
Ternyata usia ibu Dewi masih tergolong muda. Mungkin tak Iebih dari 30 tahun. Meski tidak sedang menerima tamu, tapi kedatangan kami tetap dilayaninya dengan baik. Ibu Dewi yang cantik itu pun banyak bercerita. Dan salah satu yang membuat kami tertarik adalah kisah tentang sepasang suami-istri penganut aliran hitam yang arwahnya terperangkap di segelondong batu sebesar kepala bayi.
Jika dilihat dengan mata wadag, batu tersebut hanyalah batu kali biasa. Karena menurut ibu Dewi, batu tersebut didapat dari sungai yang airnya mengalir ke sungai Serayu. Awalnya memang tak pernah terpikir olehnya untuk mencari apalagi mengambilnya; Dan kisah ini berawal dari teror yang di alami olehnya. Hampir tiap hari menjelang tengah malam, ia diganggu oleh suara tangis seorang perempuan. Mulanya ibu Dewi menganggap tangis tersebut berasal dari manusia biasa. Mungkin ada tetangganya yang sedang bertengkar hingga tangisannya terdengar sampai kesini, demikian pikirnya. Karena sampai empat malam tangisan itu masih tetap terdengar, ibu Dewi yang memang mempunyai keahlian metafisika segera bersemedi untuk memastikan sumber tangisan itu.
“Suara tangisan itu begitu memilukan. Seperti orang teraniaya dan terpenjara. Dari suara tangisnya saya dapat merasakan bahwa perempuan tersebut sedang meratap dan menyesali perbuatannya,” jelasnya kepada Kyai Pamungkas dan tim.
Karena merasa terganggu, maka, ibu Dewi memutuskan qntuk mencari asal suara tangis tersebut. Asisten pribadinya Iangsung diminta untuk menemaninya. Tengah malam, bersama dengan asistennva ia pun menyusuri sepanjang jalan utama kota Wonosobo. Dan tiap kali hampir dekat, suara itu mendadak menjauh ke arah barat. Hal itu terjadi sampa beberapa kali. Dan tanpa mengenal lelah, keduanya terus berjalan sampai akhirnya tiba di jembatan Krasak. Tempat paling ujung wilayah Wonosobo yang berbatasan dengan Banjarnegara.
Dari dulu, jembatan Krasak memang terkesan sangat angker. Menurut para warga, tidak sedikit pejalan kaki yang melintas diganggu oleh makhluk halus. Tak hanya itu, beberapa siluman juga bermukim di tempat itu. Dan salah satu yang paling ditakuti warga adalah batu katak. Sebuah batu besar yang mirip katak. Batu tersebut kabarnya dijaga oleh genderuwo dan kuntilanak. Apakah suara tangis tersebut berasal dari batu katak? Sepertinya tidak! Karena suara tangis perempuan tersebut masih terdengar waktu ibu Dewi dan asistennya melewati batu yang angker itu. Bahkan, suara itu semakin jelas mengarah ke selatan. lbu Dewi dan asistennya segera menyusuri sungai tersebut sampai akhirnya ia melihat seorang perempuan sedang menangis di atas sebuah batu.
“Ibu tolonglah saya. Saya dan suami terperangkap di batu ini,” kata perempuan itu sambil menunjuk sebuah batu sebesar kepala bayi. “Dan sempurnakanlah kami sehingga arwah kami tidak penasaran seperti ini!” Sambungnya dengan nada memelas.
Dan setelah mengucapkan permintaannya, perempuan misterius itupun hilang tak berbekas. Nalurinya sebagai wanita pun bangkit. Dengan penuh rasa iba, ibu Dewi pun langsung mengambil batu itu dan membawanya pulang. Dan pada saat proses pembebasan arwah sepasang suami istri yang terperangkap di batu itu berjalan, barulah ibu Dewi tahu. Ternyata sepasang arwah suami istri yang terperangkap di batu itu memiliki Iatar belakang kehidupan yang amat kelam. Betapa tidak, pada masa hidup keduanya adalah sepasang dukun santet yang amat piawai dan sekaligus kejam. Bahkan keduanya mengakui, hal itu terjadi karena keduanya dihukum oleh Sang Maha Pencipta akibat kejahatannya yang sudah menggunung. Kini, tiap malam, ibu Dewi selalu memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa agar sepasang suami istri yang semasa hidupnya banyak berbuat durjana tersebut diampuni dan arwahnya dibebaskan dari penjara batu itu.
Ibu Dewi menolak untuk diambil gambarnya. Kami hanya diberi ijin untuk memotret batu itu. Dalam pemotretan pun kami mengalami kejanggalan, walau telah Iebih empat kali tim bagian dokumentasi mengambil gambar, tetapi hasilnya selalu tidak jelas. Dan setelah ibu Dewi melakukan dialog dengan sepasang arwah yang terpenjara, barulah pengambilan gambar dapat berjalan dengan lancar. #KyaiPamungkas
KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.
Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)
NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)
NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)
WEBSITE: dukunku.com
(Selain web di atas = PALSU!)
NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)
ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)