Kisah Mistis: SANTET PEGAT, HANCURKAN RUMAHTANGGAKU

Gila, tiba-tiba suamiku mau menceraikan aku. Katanya dia bosan mau pergi jauh dari aku dan anak-anakku, anak kami. Suamiku karena melihat wajahku semakin tua, makin berkerut dan tida mau cari yang lebih segar, muda, cantik, seksi dan menggairah membutuhkan semangat kerja baru, semangat hidup yang berwarna baru. vaitu dengan menikahi gadis sensual, menawan dan enerjik di ranjang. Katanya jauh lebih baik daripada aku. Oh Tuhan…

 

Astaghfirullah, ucap mulutku. Duh Gusti, bisik batinku kala itu. Hanya karena alasan alamiah kewanitaan yang menua ini, maka aku dicerai. Untuk itu, aku yang naik darah, emosi, lalu balas menantangnya. Harga diriku terusik dan gengsi seribu ton. Oke, kataku, kita cerai. Silakan pergi jauh dan amit-amit, aku tidak akan melihatmu lagi. Lepaskan kami, biarlah anak-anak semua bersamaku dan aku akan membesarkan mereka hingga menjadi sesuatu ke depan nanti. Baik, kita cerai, sekarang juga, bentaknya, penuh emosi.

 

“Ambil rumah, mobil dan tanah milikku, untukmu dan anak-anak. Aku akan pergi jauh setelah bercerai dan jangan cari aku, juga jangan mau tau di mana aku berada,” tantangnya.

 

“Baik, aku bersumpah, tidak akan mencarimu, tidak akan mencari tahu tentang dirimu dan tak akan mau tahu di mana kamu berada. Sejak sekarang, nafsih-nafsih, sendirisendiri. Aku tak akan melayat saat engkau mati, dan jangan melayat aku, jika aku duluan mati,” tekanku.

 

Setelah tiga kali sidang di pengadilan Agama Jakarta Selatan, di Jalan Ampera Raya, Kemang, Jakarta Selatan, kami diputuskan. hakim ketua, bercerai. Langsung talak tiga sesuai permintaan kami berdua. Dengan talak tiga, kami tidak boleh rujuk sebelum di antara kami menikah dengan pasangan lain. Tapi jangan pikirkan rujuk, kita bercerai selamanya.

 

Ya, selama-lamanya, katanya, sambil mencibir kepadaku.

 

“Wanita tak berguna yang sudah mencari besi tua berkarat!” ejeknya, setelah divonis cerai oleh hakim dan dicatat oleh panitera peradilan agama, Jakarta Selatan, tak jauh dari rumah tinggal kami di Duren Tiga, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

 

Tiga anakku, hanya bisa menangis. Rita, Endah dan Widya, yang semuanya wanita kanak-kanak duduk ke kelas satu, dua dan tiga SD Mekarsari Petang, Kalibata, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Mereka bertanya mengapa kami bercerai. Aku hanya menangis mendengar pertanyaan itu. Tapi gengsi, aku tidak mau menangis di mata mantan suamiku itu. Jika dia tau aku menangis, berarti batinku, hatiku, jiwaku berat untuk bercerai dengannya. Lagi pula aku tidak mau dihina lagi, dicaci maki dan dilecehkan seperti itu. Sejak usahanya sukses dan kaya raya, suamiku yang dulunya anak orang miskin, jadi jumawa, sombong. Aku dihina habis-habisan, dizolimi habis-habisan dan dicampakkan seperti bukan manusia yang punya perasaan.

 

Biarlah aku dan anak-anak hidup bersama selamanya, baik dalam suka maupun dalam duka. Anak-anak bagiku adalah segala-galanya. Anak-anakku adalah harta yang paling berharga dan mereka menjadi pendorong semangat hidupku yang terjatuh, tercampakkan oleh sifat jahat suami, sifat serakah suami dan sifat egoisme suami.

 

Batinku berkata, jangan takut, ada Allah Azza Wajalla, dan Allah lah yang memutuskan keadaan ini. Walau sakit, sangat sakit dan menyesakkan dadaku, tapi aku harus ikhlas, pasrah dan besar hati menerima ini. Allah tak akan mencoba dengan penderitaan suatu kaum, jika kaum itu tidak kuat menerima cobaan itu. Maka, karena Allah sayang kepadaku, latu diujilah aku, apakah aku akan kufur atau kafir kepada-Nya. Tidak, aku tidak akan kufur apalagi kafir. Aku aku mengagungkan Tuhanku, Allah Jalla Jallalu. Allahku yang Maha Pengasih dan Panyayang.

 

Setelah vonis cerai terjadi, hari Senin Pon, 1 Nopember 2012, Kang Arbain Rambaika, 45 tahun, langsung menghilang, raib entah kemana. Dan aku tidak mau tau dia ke mana dan menikah dengan siapa. Masa bodo dan acuh tak acuh. Bersama tiga anakku yang masih kecil, aku pindah rumah ke Poris, Cipondoh, Kota Tangerang, Banten. Sebuah rumah sederhana aku beli untuk kami tempati Rumah yang di Pasar Minggu aku jual dan sekolah anak-anak, aku pindahkan ke Poris, Cipondoh, tidak jauh dari terminal Poris, Plawad, Kota Tangerang, Banten.

 

Di desa Setu Kangkung, aku membeli Semuah rumah sederhana dengan tanah luas. Selain tanah ladang perkebunan, ada juga Seribu meter tanah sawah. Sawah itu aku tanam padi dan ternak ikan nila. Sementara kebun, aku tanami duren montong. Aku mengajak keponakan dari Lampung Tengah untuk tinggal bersamaku dan mengurus kebun, sawah dan tambak ikanku. Belakangai kami beternak ayam cemani, ayam serba hitam yang harganya melambung. Hasil ternal ayam sangat menguntungkan, begitu juga dengan ternak ikan nila dan kebun durian montong yang aku pasok ke supermarket.

 

Hingga awal November 2015, tepat tiga tahun aku bercerai dengan Kang Arbain Rambaika, aku sama sekali tidak melihat wajahnya. Jangankan bertemu, mendengar suaranyapun, aku tidak pernah lagi. Aku tidak mau lagi dan tidak akan mencari tahu di manz dia. Tapi, ada saja kabar masuk ke kupingku, bahwa kata teman, dia bertemu Kang Arbain di Puket, Muangthay, Thailand dan menikah dengan gadis Puket yang cantk jelita. Dia menjadi warga negara Thailand dan bisnis properti di Puket dan punya banyak resort di Puket dan Pantai Pataya, Thailand.

 

“Syukur deh kalau dia dapat gadis Thailand yang cantik dan sensual serta muda dan segar,” kataku, sambil mengalihkan omongan, saat Fauzi Amrullah, 46 tahun, teman bisnis lama Kang Arbain, saat main ke rumahku di Poris dan ngobrol ngelantur soal segala macam.

 

Bahkan dia mengabarkan tentang Kang Arbain Rambaika pindah agama. Keluar dari Islam lalu’pindah agama kebanyakan di Muangthay. Lain dari itu Fauzi Amrullah ngobrolin pula bagaimana jika aku menikah lagi, karena, katanya, sebagai wanita normal aku membutuhkan seks dan biologis serta pendamping dengan cinta sejati.

 

“Tidak Kang, aku tidak akan menikah lagi. Aku tidak tertarik menikah lagi dan aku benci kepada perkawinan. Cinta sejatiku adalah anak-anak dan selama tiga tahun aku menjanda, aku telah kehilangan selera. Selera seks, selera cinta dan selera berkasih-kasihan kepada lelaki. rasa itu semua aku curahkan untuk anak-anakku dan usaha kami di bidang peternakan, perkebunan dan persawahan. Sudahlah, maaf, jangan omongin itu lagi ya. Jika masih semangat, maafkan saya bila saya tinggal kerja ke kebun dan Anda saya usir dari rumah kami ini,” kataku, kasar.

 

Nampaknya, Fauzi Amrullah menyimpan maksud terpendam, ingin menggoda aku untuk bercinta dengannya. Dia berusaha menebar pesona dengan sejuta rayuan, bujukan serta angin surga yang menyesatkan. Tapi aku tak akan terpengaruh, tak akan tergoda dan insya Allah tidak akan tersesat di jalan yang terang benderang seperti ini. Tiba-tiba aku menjadi wanita yang sangat kuat, tangguh dan kokoh dengan pendirianku sebagai wanita. AKu terlalu dekat kepada Allah, dan terlalu dalam menggantungkan hidupku kepada-Nya. Sifat dan sikap berserah diriku sangat jauh dan hanya kepada Allah SWT aku aku mencinta, bergantung dan pasrahkan kehidupanku. Baik sudah maupun senang, baik hitam ataupun putih.

 

Sembahyang dan ibadahku semakin deras, kencang dan tangguh, kepada perintah Allah yang dianjurkan-Nya dan menjauh dari larangan-Nya yang diharamkan oleh-Nya. Allah adalah segala-galanya bagiku. Allah adalah tempatku berteduh, mengadu dan mengembangkan asa, harapan dan tujuan hidup. Anak-anakku, walau masih kecil, Alhamdulillah, ibadah mereka semakin kuat, kental dan total sebagaimana yang aku didik, kuajarkan kepada mereka bertiga. Bahkan di antara tiga anakku, dua berkeinginan pindah ke pesantren dan mondok. Dia adalah Widya Kartikasari dan Rita Mutiara Arumi. Sementara anakku yang bernama Endah Safitri, ingin menjadi dokter, kelak. Dia ingin menolong sesama manusia dengam profesi mulia itu. Maka itulah, Endah Safitri akan tetap di sekolah umum.

 

Alhamdulillah, karena pertolongan Allah, usaha kami makin berkibat. Lahan kelapa sawit di Long Kali, Paser Penajam, Kalimantan Timur, aku jual dan aku belikan kebun di Tulangbawang, Lampung, untuk berkebunan durian montong baru. Mobil lambhorgini aku juga untuk membeli tanah di kaki Gunung Rinjani, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat dan ditanami durian montong juga di sana.

 

Aku dan anak-anak setiap tiga bulan sekali menengok lahan-lahan kami di beberapa tempat itu dengan naik pesawat. Selain melihat perkembangan usaha yang dititipkan kepada orang dengan sistem bagi hasil, juga sambil jalan-jalan melepas kejenuhan hidup. Jika melihat lahan perkebunan di kaki Gunung Rinjani, kami juga nyeberang ke Selat Bali, nyantai di villa Gili Trawangan dan Gilimenok.

 

Sebaliknya, apabila pergi ke Lampung, kami menginap di bungalow yang aku bangun di Tulangbawarig. Sebuah tempat peristirahatan dengan bentuk rumah panggung, yang berbentuk rumah adat Palembang, tempat asalku lahir dan hidupkui ketika kecil. Rumah limas dari kayu jati yang anggun dengan dapur khas Palembang, ada tunggu tanah dan perapian gaya tradisional Sumatera Selatan abad lampau.

 

Hidupku sekarang penuh gairah walau tanpa lelaki. Bagiku, seks tidak akan menjadi masalah jika tidak dipikirkan. Bagiku kebutuhan biologis tidak akan jadi problem jika tidak diletakkan di angan-angan fantasia. Allah menjadi kekasih dan Allah menjadi tempatku curhat, bertutur tentang hidup dan menyerahkan diri dan anak-anakku. Jika Anda akan merasakan seperti yang aku rasakan kini, Anda barulah akan percaya dan yakin, bahwa hanya Allah yang baik, maha baik dan maha memberi rahmat. Usahaku maju karena bantuan Allah, karena ridho Allah dan aku sangat yakin, bahkan hakkul yakin bahwa Allah Azza Wajalla adalah segala-galanya, dan sebaik-baiknya tempat mencurahkan hati. Sebaik-baiknya tempat meminta dan berserah diri.

 

Karena kebaikan Allah, dan aku yakin benar itu adanya, tanggal 17 Nopember 2015 kemarin, hari Selasa Kliwon, pukul 23.45 tengah malam, Kang Arbain Rambaika datang ke rumah. Dia baru saja mendarat di bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang dari Bangkok, Thailand. Karena bukan suami lagi, maka, aku tidak mau menerima tamu asing tengah malam datang. Aku meminta maaf aku mau tidur dan anak-anak sudah terlelap semuanya. Dia tiarap mengambil kakiku dan mencium kakiku malam itu.

 

Dia menangis meminta maaf sedalam| dalamnya karena telah melakukan kesalahan besar kepadaku. Dia mengaku khilaf, lupa diri dan gila saat menceraikan aku. Dia menceritakan bahwa istrinya di Thailand berkhianat kepadanya. Pacaran dengan aktor Thailand dan menikah diam-diam secara hukum nikah negara. Semua harta bersama dikuasai dan hukum setempat memenangkan istrinya, Kwacith Tamaraksanak, 24 tahun, berikut perusahaan real estate dan lima restoran di Phuket dan Pataya. Bahkan rumah pun, satupun tak diberikan kepada Arbain, mantan suamiku itu.

 

“Maaf Kang, tidak baik bertamu tengah malam begini. Akang ke hotel saja. Di sebelah barat rumah ini, hanya 400 meter, ada hotel, Hotel Allium namanya, itu hotel bandara, bintang empat, Akang menginap saja di sana. besok pagi, sebelum anak sekolah, atau siang setelah anak-anak pulang sekolah, Akang datang bertemu anak-anak,” kataku, mengusirnya secara halus.

 

Kataku, citraku sangat baik di mata warga Jangan karena mantan suami datang tengah malam, apalagi menginap, citra baikku itu rusak seketika.

 

“Maaf, pergilah Akang ke hotel Allium dan besok akan datang. Saya berjanji mempertemukan anak-anak kepada Akang,” imbuhku.

 

“Dengan airmata bercucuran, mantanku itu menenteng kopernya lagi, lalu berjalan kaki menuju hotel bagus yang aku tunjuk di barat rumahku. Karena 400 meter cukup jauh menenteng tas berat, aku membangunkan keponakanku, Firmansyah Iskandar, 34 tahun, untuk mengeluarkan mobil mengantarkan Kang Arbain ke hotel Allium, hotel unik berbangunan miring yang menawan di tepi jalan Poris Plawat itu.

 

Mobil Trajet Hyundai buatan Korea Selatan milikku itu melaju ke Allium dan Kang Arbaik masih menangis saat diantar Firmansyah Iskandar ke hotel mewah itu. Malam itu juga Firmansyah Iskandar cerita, bahwa mantanku itu curhat kepadanya. Mereka ngobrol di restoran Allium hingga pukul 03.00 WIB, setelah check in, ambil kamar di front office. Kang Arbain mengajak Firmansyah Iskandar menginap, tetapi Firmansyah Iskandar menolak dan hanya menemani makan enak di restoran Allium Hotel yang kata Firmansyah sangat lezat.

 

Walau tidak punya rumah dan perusahaan di Thailand, tapi menurut penglihatan Firmansyah duit Kang Arbain masih banyak. Dia membawa dolar Amerika ribuan dolar, uang Muangthay dan dolar Singapura. Sementara uang rupiah di dalam tasnya, ada puluhan juta rupiah.

 

Besok pagi pagi sekali, sebelum anak-anak berangkat sekolah, Kang Arbain sudah datang. Anak-anak yang sudah aku ceritakan keadaan itu, sangat bergembira bertemu ayah kandung mereka dan ketiganya menangis berpelukan dengan Kang Arbain. Kang Arbain mencium ketiga anak-anakku, dan anak-anak juga menciumi ayah mereka dengan syahdu. Hal itu membuat aku luluh dan terharu. Pikirku, Kang Arbain adalah ayah kandung mereka dan mereka sangat berbahagia bersama-sama.

 

“Ibu, jangan pisahkan kami lagi dengan ayah,” cetus Widya yang diangguki kepala dan airmata oleh Endah dan Rita.

 

Jantungku berdetak hebat dan bulukuduk ku pun merinding seketika. Mereka benar-benar saling merindukan dan salin menyayangi, mencinta dan saling membutuhkan. Hari itu aku menelpon ke sekolah ketiga anakku untuk minta ijin. Mereka absen dulu karena pertemuan itu sangat penting dan aku tidak mau memutuskan kebahagiaan mereka itu. Hari itu, dengan diantar oleh Firmansyah Iskandar dengan mobil Trajetku, mereka jalan-jalan ke Ancol dan Dunia Fantasi di Jakarta Utara. Mereka berenang dan menikmati pertemuan dengan ayah mereka dengan bahagia. Demikian keterangan Firmansyah Iskandar setelah mereka pulang. Aku tidak mau ikut karena sibuk mengurus peternakanku dan perkebunanku.

 

Pada saat aku di kebun, teman lamaku yang paranormal, Ratu Selatan, 52 tahun, datang bertamu. Dia berbisik kepadaku dengan hati-hati.

 

“Mantan suamimu datang ya, kini jalan dengan anak-anak ke Ancol kan?” katanya,

 

Kok kamu tahu? Kataku. “Ada gambar seperti video di mataku tadi pagi, Aku melihat Arbain datang dalam keadaan kusut dan frustrasi,” sorongnya.

 

Dia seorang praktisi supramistika handal. Dia punya ilmu linuwih dan waskito. Seorang sakti rnandraguna dengan ilmu weruh sakdurunge winara. Seorang berilmu gaib tinggi, mampu menerawang dengan indra ke enam yang sangat tajam.

 

“Arbain disantet orang ketika bercerai denganmu tiga tahun lalu. Penyantetnya itu adalah teman baiknya yang suka sama kamu. Dia mau menghancurkan keharmonisanmu dengan Arbain dan dia ingin kalian cerai dan menikah denganmu. Penyantet kalian itu adalah Ki Setu Pondoh. Raja santet yang mangkal di Setu Cipondoh, Kota Tangerang. Santetnya bernama Santet Pegat, santet menceraikan keharmonisan perkawinan dan rumah tangga. Santet itu berhasil membuat Kau dan Arbain emosi lalu cerai. Pokoknya, Arbain jadi benci sama kamu, kamu juga jadi benci sama Arbain, hingga terjadi perceraian itu. Kalian berdua yang harmonis dan hangat, tiba-tiba menjadi saling benci dan bercerai. Santet pegat itu sangat marak belakangan ini di indonesia. Siapapun yang kelihatan harmonis, bisa hancur dan cerai seketika. Rasa benci itu begitu cepat datangnya, dan desakan ingin cerai itu juga begitu cepat hadir,” cerita Ratu Selatan, kepadaku.

 

Ratu Selatan lalu membuka auraku, mukaku diusap dan dikembalikan kepada keadaan tiga tahun lalu sebelum membenci Arbain. Arbain juga, dibukakan auranya, energi negatifnya dan kembali lagi sebelum Santet Pegat datang dan mengahncurkan perkawinan kami.

 

Singkat cerita, kini hatiku luluh dan suka lagi kepada Arbain. Arbaik pun melamar aku dengan rasa sayang dan cinta. Ditambah dengan dorongan anak-anakku, kami pun rujuk kembali, dua hari lalu. Tentang siapa yang menyantet kemesraan kami, aku tanya kepada Ratu Selatan dengan penasaran. Sungguh aku tersentak dan terkejut bukan alang kepalang. Yang kirim Santet Pegat kepada kami, ternyata teman baik Kang Arbain selama ini. Yaitu Fauzi Amrullah yang berpenampilan ustad.

 

Pria ini diam-diam sambuk, dan berusaha menghancurkan aku dan Arbain karena dia ingin menikahi aku. Tapi sudahlah, aku tak mempan dipengaruhi secara fisik maupun mistik olehnya, sehingga saat dia ke rumahku melamar aku, aku usir dia dan aku tolak dengan halus. Inilah pagar makan tanaman, teman memakan teman. Maka itu, aku akan jaga jarak dengannya, juga meminta Kang Arbain untuk berhati-hati kepadanya. (Kisah Mama Widya kepada penulis). Wallahu a’lam bissawab. ©️KyaiPamungkas.

Paranormal Terbaik Indonesia

KYAI PAMUNGKAS PARANORMAL (JASA SOLUSI PROBLEM HIDUP) Diantaranya: Asmara, Rumah Tangga, Aura, Pemikat, Karir, Bersih Diri, Pagar Diri, dll.

Kami TIDAK MELAYANI hal yg bertentangan dengan hukum di Indonesia. Misalnya: Pesugihan, Bank Gaib, Uang Gaib, Pindah Janin/Aborsi, Judi/Togel, Santet/Mencelakakan Orang, dll. (Bila melayani hal di atas = PALSU!)

NAMA DI KTP: Pamungkas (Boleh minta difoto/videokan KTP. Tidak bisa menunjukkan = PALSU!)

NO. TLP/WA: 0857-4646-8080 & 0812-1314-5001
(Selain 2 nomor di atas = PALSU!)

WEBSITE: dukunku.com
(Selain web di atas = PALSU!)

NAMA DI REKENING/WESTERN UNION: Pamungkas/Niswatin/Debi
(Selain 3 nama di atas = PALSU!)

ALAMAT PRAKTEK: Jl. Raya Condet, Gg Kweni No.31, RT.01/RW.03, Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur.
(Tidak buka cabang, selain alamat di atas = PALSU!)